Angklung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda)
yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik
ini dibuat dari bambu,
dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa
bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3,
sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the
Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di
Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari
pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu
organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan
bunyi. Angklung terdaftar sebagaiKarya Agung Warisan Budaya
Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
Angklung
Video Permainan Angklung
Teknik permainan angklung
Memainkan sebuah angklung
sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya
tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya
(biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga
teknik dasar menggoyang angklung:
·
Kurulung (getar), merupakan teknik
paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan
ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.
·
Centok (sentak), adalah teknik
dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan,
sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
·
Tengkep, mirip seperti kurulung
namun salah satu tabung ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi,
teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja,
tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor,
teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak
ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
Sementara itu untuk
memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak
pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Pada setiap pemusik akan
dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang
konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang
harus dimainkan. Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik
harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang
diminta konduktor. Dalam memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan
teknik sinambung, yaitu nada yang sedang
berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada berikutnya mulai berbunyi.
Berlatih Angklung
Angklung akan terdengar
merdu dan megah jika dimainkan beramai-ramai dengan kompak. Untuk itu,
diperlukan persiapan dan latihan yang cukup panjang, dipimpin pelatih yang
cukup punya pemahaman musik umum maupun angklung. Tahap-tahap persiapannya
adalah:
1. Pilih lagu dengan
aransemennya. Lagu yang cocok dimainkan dengan angklung umumnya yang berirama
riang, dan jika bisa ada bagian yang rancak, sehingga bisa diimprovisasi dengan
teknik centok. Lagu ini kemudian perlu diaransemen khusus untuk angklung,
dengan memiliki beberapa suara. Untuk latihan, aransemen ini kemudian ditulis
di kertas yang besar (biasanya dalam notasi not angka).
2. Siapkan unit angklung
sesuai aransemen. Dari aransemen angklung, bisa diketahui berapa angklung yang
diperlukan berdasar rentang nada lagu dan keseimbangan intonasinya.
3. Kumpulkan pemain dan
distribusikan angklung kepada mereka. Jika ada pemain yang memegang banyak
angklung, harus diperhatikan agar si pemain tersebut tidak akan pernah
memainkan dua angklung pada saat bersamaan. Untuk itu biasanya dipakai tabel tonjur.
4. Pemanasan. Sebelum
berlatih, sebaiknya lemaskan dulu kaki dan tangan, lalu lakukan gerakan-gerakan
dasar untuk kurulung maupun centok bersama-sama.
5. Mempelajari lagu.
Bersama-sama, pelajari dan telusuri alur lagu, mana bait-bait dan chorus yang
harus diulang. Perlahan-lahan mainkan lagu ini dibawah pimpinan konduktor.
Disarankan agar selama latihan awal semua nada di-centok saja, jangan
dikurulung dulu.
6. Menghafal not.
Perlahan-lahan para pemain diminta menghafal not-not lagu dan bagian
permainannya.
7. Meningkatkan teknik. Ini
tahap polesan akhir, dimana konduktor bisa mulai memimpin dengan menekankan
keserempakan permainan, dinamika, maupun penjiwaan.
8. Koreografi. Jika akan
tampil dipentas, bisa mulai dipikirkan improvisasi agar para pemain melakukan
gerakan yang menarik, tidak berdiri kaku terus menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar